Ditulis oleh Billy pada 18 Jan, 2011 | Kategori: Olahraga
Belakangan sedang gencar-gencarnya ‘perang’ terjadi antara PSSI dengan LPI sebagai kompetisi tandingan yang katanya tidak sah. Namun ternyata, kompetisi ISL yang ‘sah’ dan berada di bawah naungan PSSI juga melanggar ketentuan FIFA.
“Menurut peraturan FIFA, dalam pertandingan utama federasi sepak bola suatu negara, klub-klub yang berkompetisi tidak boleh mendapat dana dari pemerintah. Karena itulah, dalam hal ini, LSI menyalahi aturan FIFA,” kata seorang jurnalis dan pengamat sepakbola, Yesayas Oktavianus pada hari minggu (16/1) kemarin.
Memang selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir sleuruh klub yang berlaga di ISL ‘menyusu’ pada dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah / APBD. Hal ini dipaparkan juga oleh mantan manajer timnas Indonesia, IGK Manila. Menurutnya, anggaran APBD yang ditarik oleh klub-klub ISL telah banyak disalahgunakan. “APBD itu untuk pembinaan usia dini dan pembangunan infrastruktur bukan membeli pemain,” cetus Manila.
Sementara itu, seorang anggota badan pengawasan korupsi Indonesia (Indonesia Corruption Watch / ICW), Abdullah Dahlan, menurturkan bahwa penggunaan dana APBD untuk klub sepakbola adalah perbuatan yang rawan politisasi dan korupsi. “APBD yang masuk ke sepak bola semata-mata dalam rangkaian membangun relasi politik dalam bidang sepak bola. Ini sangat strategis dalam ajang pembinaan basis untuk kepentingan politik. Salah satunya karena basis massanya yang besar,” pungkasnya.
Jadi inget peribahasa lama : Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan dikejer-kejer, dituduh-tuduh dan dibantai-bantai
“Menurut peraturan FIFA, dalam pertandingan utama federasi sepak bola suatu negara, klub-klub yang berkompetisi tidak boleh mendapat dana dari pemerintah. Karena itulah, dalam hal ini, LSI menyalahi aturan FIFA,” kata seorang jurnalis dan pengamat sepakbola, Yesayas Oktavianus pada hari minggu (16/1) kemarin.
Memang selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir sleuruh klub yang berlaga di ISL ‘menyusu’ pada dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah / APBD. Hal ini dipaparkan juga oleh mantan manajer timnas Indonesia, IGK Manila. Menurutnya, anggaran APBD yang ditarik oleh klub-klub ISL telah banyak disalahgunakan. “APBD itu untuk pembinaan usia dini dan pembangunan infrastruktur bukan membeli pemain,” cetus Manila.
Sementara itu, seorang anggota badan pengawasan korupsi Indonesia (Indonesia Corruption Watch / ICW), Abdullah Dahlan, menurturkan bahwa penggunaan dana APBD untuk klub sepakbola adalah perbuatan yang rawan politisasi dan korupsi. “APBD yang masuk ke sepak bola semata-mata dalam rangkaian membangun relasi politik dalam bidang sepak bola. Ini sangat strategis dalam ajang pembinaan basis untuk kepentingan politik. Salah satunya karena basis massanya yang besar,” pungkasnya.
Jadi inget peribahasa lama : Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan dikejer-kejer, dituduh-tuduh dan dibantai-bantai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar