Gaji Dan Kontrak Pelatih-Pemain Klub ISL, Belum Di Bayar PSSI Berbulan-Bulan
Ditulis oleh Nenglya pada 11 Jan, 2011 | Kategori: Olahraga
Beginilah nasib klub-klub Indonesia Super League ( ISL) yang dibangga-banggakan oleh PSSI. Saat ini pelatih dan pemain sebagian klubnya berteriak karena berbulan-bulan gajinya belum dibayarkan.Setelah sebelumnya Arema Indonesia yang protes, kini giliran Persija Jakarta yang berteriak. Usai mengalahkan Arema 2-1 Minggu kemarin ( 9/1), pelatih Persija Rahmad Darmawan yang biasanya tak pernah mau bicara di luar teknis tiba-tiba mengungkapkan jika tugasnya makin berat. Karena selain harus memperbaiki kualitas permainan, dirinya juga harus bisa menjaga semangat pemain yang tidak menerima gaji di tiga bulan terakhir.
“Dalam kondisi begini saya harus pinta-pintar untuk memotivasi pemain,” ujar Rahmad. “Tapi kami pasti tidak kuat terus-terusan begini. Saya butuh dukungan dari pengurus. Masa sih pengurus tega melihat para pemainnya “kelaparan?,” lanjut Rahmad.
Salah satu pemain Persija yang namanya enggan dipublikasikan mengaku bahwa kondisi sekarang tidak mudah.
“Bagaimana tidak. Saya punya keluarga yang harus dinafkahi,” katanya.
Kondisi serupa tidak hanya terjadi pada 2 klub papan atas tersebut, tapi juga terjadi di klub Bontang FC. Pelatih Bontang FC, Fachry Husaini mengaku jika dirinya dan pemain belum menerima gaji dalam tiga bulan terakhir. Tak hanya itu, kontrak awal sebesar 25 persen dari total nilai kontrak juga belum dibayarkan.
“Bahkan sisa gaji dari musim lalu juga masih dicicil,” kata Fachry.
“Kalau PSSI merasa kami ini sebagai bagian dari kepentingannya, mestinya PSSI turun tangan. Toh PSSI juga yang mengantongi keuntungan dari digelarnya kompetisi. Tapi sejauh ini tidak ada tindakan apapun yang dilakukan PSSI,” ungkap Fachry dengan nada kesal, jengkel, memendam marah.
“Kalau kondisi ini terus-terusan berlangsung, apa PSSI tidak kawatir klub-klub yang bermasalah pemainya mogok?. Kami ini sudah berkorban agar kompetisi tetap berjalan. Kalau kondisi ini sampai diketahui AFC mereka pasti akan mengambil tindakan. Sebab di awal kompetisi klub-klub dilaporkan dalam kondisi sehat semua,” Lanjutnya
Dengan terus terang Fachry memuji Liga Primer INdoensia (LPI) yang menerapkan konsep sepakbola professional dan tidak bergantung pada APDB.
“Sudah semestinya konsep LPI mendapat sambutan positif,” tegas
Okto Ancam Akan Gabung LPI
Ditulis oleh Nenglya pada 31 Jan, 2011 | Kategori: Olahraga
Saat ini Oktovianus Maniani sedang berada dalam tekanan. Ia mendapat tekanan dari PSSI dan Sriwijaya FC, klubnya. Jika tidak ikut Timnas, PSSI akan memberinya sanksi. Begitu juga sebaliknya, jika bergabung dengan timnas Sriwijaya yang mencoretnya.
Saat ini Okto kembali ke klubnya. Bahkan Okto justru balik mengancam bahwa dia siap bergabung klub di Liga Primer Indonesia (LPI).
“Jika PSSI memberikan sanksi, ya apa boleh buat. Jika enam bulan saya tidak boleh main di Liga Super (ISL), saya akan memilih bermain di Liga Primer Indonesia,” ungkap pemain sayap asal Papua itu.
Okto mengaku tidak mempermasalahkan bila PSSI memutuskan untuk mencoret namanya dari Timnas U-23. Walaupun demikian, dia berjanji kembali ke pelatnas Pra Olimpiade yang sedang digelar pelatih Alfred Riedl di Jakarta begitu selesai memperkuat Sriwijaya melawan Persipura, Minggu, 30 Januari dan Persiwa Wamena, Rabu, 2 Februari.
“Saya tidak terpengaruh ancaman pencoretan. Saya berharap akan tampil maksimal melawan Persipura dan Persiwa. Jujur saja, saya ingin karier di klub dan timnas berjalan seimbang,” ujar Okto.
Di sisi lain, pelatih timnas, Alfred Riedl, membantah telah mencoret Okto.
“Dia tidak keluar timnas, tetapi kami perlu tahu alasannya dia pergi dan soal keadaannya. Hal ini penting buat saya untuk membuat keputusan apakah dia tetap di tim atau tidak,” kata Riedl
Riedl juga memberi kesempatan pada Okto untuk memberi penjelasan kenapa dia meninggalkan timnas. Jika memang Okto ingin bertahan di timnas, maka Riedl akan memberinya kesempatan.
Saat ini Okto kembali ke klubnya. Bahkan Okto justru balik mengancam bahwa dia siap bergabung klub di Liga Primer Indonesia (LPI).
“Jika PSSI memberikan sanksi, ya apa boleh buat. Jika enam bulan saya tidak boleh main di Liga Super (ISL), saya akan memilih bermain di Liga Primer Indonesia,” ungkap pemain sayap asal Papua itu.
Okto mengaku tidak mempermasalahkan bila PSSI memutuskan untuk mencoret namanya dari Timnas U-23. Walaupun demikian, dia berjanji kembali ke pelatnas Pra Olimpiade yang sedang digelar pelatih Alfred Riedl di Jakarta begitu selesai memperkuat Sriwijaya melawan Persipura, Minggu, 30 Januari dan Persiwa Wamena, Rabu, 2 Februari.
“Saya tidak terpengaruh ancaman pencoretan. Saya berharap akan tampil maksimal melawan Persipura dan Persiwa. Jujur saja, saya ingin karier di klub dan timnas berjalan seimbang,” ujar Okto.
Di sisi lain, pelatih timnas, Alfred Riedl, membantah telah mencoret Okto.
“Dia tidak keluar timnas, tetapi kami perlu tahu alasannya dia pergi dan soal keadaannya. Hal ini penting buat saya untuk membuat keputusan apakah dia tetap di tim atau tidak,” kata Riedl
Riedl juga memberi kesempatan pada Okto untuk memberi penjelasan kenapa dia meninggalkan timnas. Jika memang Okto ingin bertahan di timnas, maka Riedl akan memberinya kesempatan.
Riedl Menolak Irfan Bachdim Masuk Timnas
Ditulis oleh Nenglya pada 07 Jan, 2011 | Kategori: Olahraga
Pelatih sepakbola TimNas Indonesia, Alfred Riedl, mengatakan Irfan Bachdim tidak bisa membela timnas bila tetap bermain di Liga Primer Indonesia. Menurut dia, LPI merupakan kompetisi tidak resmi.
Badan Tim Nasional (BTN) PSSI tetap memanggil Irfan mengikuti pelatnas timnas U-23 meskipun pemain keturunan Belanda tersebut tetap membela Persema Malang di LPI. Padahal, PSSI telah memperingatkan bahwa pemain yang bermain di klub LPI bakal dicoret dari timnas.
Menurut alasan dari Deputi Bidang Teknis BTN Iman Arif, pihaknya memanggil Irfan karena LPI belum bergulir. Namun, Iman menjelaskan, PSSI berhak memutuskan nasib Irfan di timnas bila LPI sudah bergulir.
“Irfan memang tidak mengikuti seleksi. Dia kami butuhkan untuk timnas dan LPI belum bergulir. Jika LPI bergulir, kami akan menyerahkan segala keputusannya kepada PSSI. Kalau PSSI mencoretnya, kami akan mengikuti aturan tersebut,” ujar Iman.
Terkait hal ini, Riedl menyatakan, pemain boleh membela timnas jika bermain di kompetisi yang diakui FIFA.
“Sangat simpel sebenarnya. Pemain tidak bisa membela timnas bila bermain di kompetisi yang tidak diakui FIFA,” ujar Riedl.
Riedl akan menunggu keputusan PSSI jika nantinya Irfan tetap memperkuat Persema di LPI. Jika PSSI memutuskan mencoret Irfan, Riedl pun siap kehilangan pemain 22 tahun itu.
Hmmm.. Kira-kira Hukuman seperti apakah yang akan diterima Indonesia ya ?
Jika melihat kembali ke beberapa kasus-kasus sebelumnya yang hampir sama, ada dua kemungkinan sanksi yang akan diberikan FIFA.
Pertama, bila kehadiran LPI dianggap mencerminkan sebuah intervensi dari pemerintah, maka Indonesia lah yang akan terkena saksi berupa larangan tampil di ajang internasional, baik tim nasionalnya maupun klubnya.
Kedua, yang mungkin diterima oleh Indonesia akan jatuh pada Liga Primer Indonesia dan semua unsur yang terlibat di dalamnya.
Mengenai kemungkinan sanksi pertama yang akan di keluarkan, pernah menimpa Nigeria. Nigeria langsung dijatuhi hukuman seperti ini saat Presiden negara itu, Goodluck Jonathan, melarang tim nasional tampil di ajang apapun selama dua tahun setelah tim itu tampil buruk di Piala Dunia 2010. Meski larangan presiden dicabut pada 5 Juli, enam hari setelah dikeluarkan, tapi sanksi FIFA tetap berlaku selama tiga bulan.
Tidak hanya Nigeria, pada 2008 Brunei juga diberi sanksi serupa oleh FIFA setelah setelah pemerintah membubarkan BAFA (The Football Association of Brunei Darussalam) yang jadi anggota FIFA dan menggantikannya dengan Brunei Darussalam’s Football Association. Oleh karena hal tersebut, FIFA melarang keikutsertaan tim negara itu dari ajang Liga Super Singapura. Hukuman itu hingga kini belum dicabut dan Brunei terancam jadi negara kedua yang dikeluarkan dari FIFA setelah Afrika Selatan pada 1976, karena masalah diskriminasi.
Sama halnya dengan Irak yang menerima sanksi jenis ‘pertama’ tersebut, karena adanya intervensi politik pada Mei 2008. Sehingga FIFA melarang negara itu tampil dalam laga internasional selama setahun setelah pemerintah membekukan federasi sepak bola negara itu. Tapi tiga hari kemudian sanksi itu dibatalkan setelah pemerintah membatalkan tindakan.
Mengenai Sanksi jenis kedua. Hal tersebut pernah terjadi saat National Professional Soccer League (NPSL) digelar Amerika Utara pada 1967. NPSL ini adalah liga tandingan bagi liga resmi, United Soccer Association (USA).
Semua unsur yang terlibat dalam kompetisi tandingan itu –pemain, pelatih, wasit, hingga pengurus– mendapat sanksi pengasingan dari Federasi sepak bola Amerika Utara (USSF) dan FIFA. Lisensi pelatih dan wasit dicabut, sedangkan pemain tak boleh berkiprah di ajang internasional, termasuk memperkuat tim nasional.
Tapi setahun kemudian NPSL bergabung dengan USA membentuk liga sepak bola Amerika Utara (NASL), maka hukuman itu pun dibatalkan dan semua unsur yang terlibat dalam kompetisi tandingan itu mendapat amnesti dari USSF dan FIFA.
Jika melihat kasus yang terjadi antara PSSI dan LPI ini, kemungkinan sanksi jenis kedua-lah yang paling mungkin dijatuhkan FIFA. Dan unsur-unsur y
Badan Tim Nasional (BTN) PSSI tetap memanggil Irfan mengikuti pelatnas timnas U-23 meskipun pemain keturunan Belanda tersebut tetap membela Persema Malang di LPI. Padahal, PSSI telah memperingatkan bahwa pemain yang bermain di klub LPI bakal dicoret dari timnas.
Menurut alasan dari Deputi Bidang Teknis BTN Iman Arif, pihaknya memanggil Irfan karena LPI belum bergulir. Namun, Iman menjelaskan, PSSI berhak memutuskan nasib Irfan di timnas bila LPI sudah bergulir.
“Irfan memang tidak mengikuti seleksi. Dia kami butuhkan untuk timnas dan LPI belum bergulir. Jika LPI bergulir, kami akan menyerahkan segala keputusannya kepada PSSI. Kalau PSSI mencoretnya, kami akan mengikuti aturan tersebut,” ujar Iman.
Terkait hal ini, Riedl menyatakan, pemain boleh membela timnas jika bermain di kompetisi yang diakui FIFA.
“Sangat simpel sebenarnya. Pemain tidak bisa membela timnas bila bermain di kompetisi yang tidak diakui FIFA,” ujar Riedl.
Riedl akan menunggu keputusan PSSI jika nantinya Irfan tetap memperkuat Persema di LPI. Jika PSSI memutuskan mencoret Irfan, Riedl pun siap kehilangan pemain 22 tahun itu.
Apa Ya Kira-Kira Sanksi Yang Akan Diberikan FIFA Jika LPI Tetap Di Gelar ?
Ditulis oleh Nenglya pada 08 Jan, 2011 | Kategori: Olahraga
Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) mengeluarkan pemberitahuan serta ancaman akan memberikan sanksi pada Indonesia, bila kompetisi Liga Primer Indonesia jadi digelar pada Sabtu (8/1) hari ini.Hmmm.. Kira-kira Hukuman seperti apakah yang akan diterima Indonesia ya ?
Jika melihat kembali ke beberapa kasus-kasus sebelumnya yang hampir sama, ada dua kemungkinan sanksi yang akan diberikan FIFA.
Pertama, bila kehadiran LPI dianggap mencerminkan sebuah intervensi dari pemerintah, maka Indonesia lah yang akan terkena saksi berupa larangan tampil di ajang internasional, baik tim nasionalnya maupun klubnya.
Kedua, yang mungkin diterima oleh Indonesia akan jatuh pada Liga Primer Indonesia dan semua unsur yang terlibat di dalamnya.
Mengenai kemungkinan sanksi pertama yang akan di keluarkan, pernah menimpa Nigeria. Nigeria langsung dijatuhi hukuman seperti ini saat Presiden negara itu, Goodluck Jonathan, melarang tim nasional tampil di ajang apapun selama dua tahun setelah tim itu tampil buruk di Piala Dunia 2010. Meski larangan presiden dicabut pada 5 Juli, enam hari setelah dikeluarkan, tapi sanksi FIFA tetap berlaku selama tiga bulan.
Tidak hanya Nigeria, pada 2008 Brunei juga diberi sanksi serupa oleh FIFA setelah setelah pemerintah membubarkan BAFA (The Football Association of Brunei Darussalam) yang jadi anggota FIFA dan menggantikannya dengan Brunei Darussalam’s Football Association. Oleh karena hal tersebut, FIFA melarang keikutsertaan tim negara itu dari ajang Liga Super Singapura. Hukuman itu hingga kini belum dicabut dan Brunei terancam jadi negara kedua yang dikeluarkan dari FIFA setelah Afrika Selatan pada 1976, karena masalah diskriminasi.
Sama halnya dengan Irak yang menerima sanksi jenis ‘pertama’ tersebut, karena adanya intervensi politik pada Mei 2008. Sehingga FIFA melarang negara itu tampil dalam laga internasional selama setahun setelah pemerintah membekukan federasi sepak bola negara itu. Tapi tiga hari kemudian sanksi itu dibatalkan setelah pemerintah membatalkan tindakan.
Mengenai Sanksi jenis kedua. Hal tersebut pernah terjadi saat National Professional Soccer League (NPSL) digelar Amerika Utara pada 1967. NPSL ini adalah liga tandingan bagi liga resmi, United Soccer Association (USA).
Semua unsur yang terlibat dalam kompetisi tandingan itu –pemain, pelatih, wasit, hingga pengurus– mendapat sanksi pengasingan dari Federasi sepak bola Amerika Utara (USSF) dan FIFA. Lisensi pelatih dan wasit dicabut, sedangkan pemain tak boleh berkiprah di ajang internasional, termasuk memperkuat tim nasional.
Tapi setahun kemudian NPSL bergabung dengan USA membentuk liga sepak bola Amerika Utara (NASL), maka hukuman itu pun dibatalkan dan semua unsur yang terlibat dalam kompetisi tandingan itu mendapat amnesti dari USSF dan FIFA.
Jika melihat kasus yang terjadi antara PSSI dan LPI ini, kemungkinan sanksi jenis kedua-lah yang paling mungkin dijatuhkan FIFA. Dan unsur-unsur y
Tidak ada komentar:
Posting Komentar